Jumat, 05 Juli 2013

TULISAN EPTSI / PELUANG KERJA DI DUNIA IT


Artikel ini ditulis karena kita memiliki background yang sama yaitu berkarya
dan berdakwah di dunia IT. Nah siapa pun yang masuk didunia IT pasti merasakan
betapa waaahnya dunia IT ini, hehe. Kenapa bisa begitu? Yah merasa gak merasa
Ini adalah artikel yang bener-bener bikin wah, pengen belajar ilmu dibidang IT.
 Peluang IT saat ini Meski masih banyak dibutuhkan di dalam negeri, peluang kerja di negeri orang
pun terbuka lebar.
 Dua tahun lalu ada berita yang cukup heboh sekaligus membanggakan buat bangsa
Indonesia. Mungkin Anda masih ingat dengan nama Harianto Wijaya.
 Yang pasti, putra bangsa ini tercatat sebagai penerima pertama surat izin
bekerja bagi warga asing di Jerman, langsung dari Menteri Tenaga Kerja Walter
Riester. Harianto yang kala itu juga mahasiswa program doktor Jurusan
Informatika di Universitas Teknik (RWTH) Aachen, Jerman, memang punya prestasi
pendidikan TI (teknologi informasi) yang luar biasa. Tidak heran ia bisa
mendapatkan green card.
 Mengapa negara sekaliber Jerman mesti mendapat suplai tenaga TI dari luar
negaranya? Kurang sumber daya? Dugaan itu ternyata betul. Perkembangan pesat
teknologi informasi memang tidak hanya membuat ketar-ketir negara dunia ketiga,
negara “dunia pertama” macam Jerman pun mulai merasakan akibatnya: kekurangan
pakar TI yang tidak bisa didapatkan dari kalangan sendiri.
 Maklum, jumlah yang dibutuhkan juga tak bisa dibilang sedikit. Tercatat saat
itu sekitar 75.000 orang diperlukan oleh Jerman. Itu baru Jerman, belum negara
lain. Tahukah Anda ternyata negara sebesar dan semaju Amerika Serikat(note:
Bidang IT) pun masih mengimpor tenaga TI dari negara-negara di Asia, seperti
India dan Cina.
 “Lowongan dari luar Indonesia untuk tenaga kerja TI kita banyak. Yang tercatat
pada kami bisa puluhan ribu lowongan,” jelas Edi S. Tjahya, managing director
JobsDB.com - sebuah portal informasi lowongan kerja. Lowongan sebanyak itu pun
baru untuk wilayah Asia Pasifik.
 Mengail di Negeri Orang
 “Secara kualitatif, kondisi sumber daya manusia Indonesia di bidang IT tidak
kalah kualitas dibanding SDM dari negara seperti India sekalipun,” papar Heru
Nugroho, CEO PT Work IT Out, sebuah perusahaan penyalur tenaga kerja TI ke luar
negeri.
 Peluang bagi tenaga kerja TI untuk keluar negeri pun terbuka luas, seperti
yang diungkapkan oleh Budi Raharjo, pakar TI dari Institut Teknologi Bandung.
Kesempatan tetap terbuka, apalagi didukung oleh faktor bergesernya dominasi
India yang dikenal sebagai sumber SDM TI,”tambah Budi.
 Tawaran gajinya pun cukup menggiurkan. Bayangkan, untuk tenaga kerja TI kelas
pemula sampai menengah, perusahaan di luar negeri berani menawarkan upah
sekitar US$ 400 sampai US$ 600 (sekitar Rp 3, 6 juta sampai Rp 5,5 juta) per
bulan.
 “Di kelas yang sama di dalam negeri, paling mereka hanya ditawarkan gaji
sekitar Rp 900.000 sampai Rp 2,5 juta per bulannya,” ungkap Heru.
 Itu baru yang pemula. Untuk yang sudah punya keahlian spesifik dan
berpengalaman, di luar negeri gajinya bisa mencapai US$ 2.000 - 2.500 (sekitar
Rp 18,2 juta sampai 22,7 juta) per bulan. Tiga kali lipat dibanding di dalam
negeri yang pasarannya sekitar Rp 7 sampai 10 juta.
 Bidang kerja TI yang terbuka pun beragam dan hampir sama dengan yang ada di
lokalan. “Engineer untuk networking dan wireless serta programer, yang banyak
dicari,” ujar Budi.
 Heru pun sependapat dengan Budi. Hanya saja, tenaga TI yang memiliki kemampuan
terspesialisasi seringkali dicari.
 “Kebanyakan yang dicari adalah pada bidang yang spesifik, misalnya SAP.
Sayangnya agak susah mencari tenaga kerja yang sudah spesifik ini. Saya pernah
kesulitan mencari tenaga analis dan programer spesifikasi Oracle, yang juga
mesti menguasai detil dengan segala aksesori aplikasinya,” papar Heru.
 Masalah Kualitas
 Meski terbuka peluang kerja di luar negeri dan di dalam negeri, umumnya
perusahaan di luar negeri menyodorkan banyak persyaratan, yang memang agak
susah untuk ditembus. Nah, yang jadi persoalan ujung-ujungnya adalah kualitas.
 Kendala bahasa Inggris memang biasanya menjadi penghambat,” tandas Hadrian
Nataprawira, CEO DBMnet, yang bergerak di bidang pendidikan web bersertifikasi.
Juga faktor kultur yang berbeda.
 Masalah lain yang muncul adalah jarangnya tenaga ahli yang andal dan
berpengalaman di Indonesia. “Sebagai contoh, sulit mencari Java programmer
dengan pengalaman lima tahun, padahal umumnya di Indonesia baru berpengalaman
tiga tahun. Beda dengan India,” papar Budi.
 Persyaratannya pun tidak sebatas ijazah dari universitas atau lembaga
pendidikan. “Khusus untuk luar negeri, kalau cuman sebatas itu, agak susah kami
memasarkannya. Pengalaman kerja dan sertifikasi keahlian bertaraf internasional
merupakan hal yg cukup mutlak,” ujar Heru.
 Perlu Sertifikasi
 “Di lapangan kerja di luar, sertifikat keahlian TI seperti Microsoft, Cisco,
dan sejenisnya lebih dihargai. Beda dengan di Indonesia yang mesti mengikuti
standar Bappenas. Punya sertifikat seabreg-abreg, tapi tidak punya gelar S1,
maka akan dihargai rendah,” papar Budi
 Sertifikasi berbeda dengan ujian, lisensi ataupun registrasi. Sertifikasi ini
adalah semacam pengakuan keahlian yang dikeluarkan oleh vendor TI yang terkait.
Misalnya sertifikasi Microsoft, Cisco, Unix, Oracle, Lotus, dan sebagainya.
 Intinya sih, sertifikasi ditujukan untuk membentuk standar kemampuan dan
penguasaan kerja TI. Mereka yang memiliki sertifikasi Microsoft, misalnya, akan
diakui kemampuannya dalam mengoperasikan aplikasi-aplikasi keluaran Microsoft.
Hal ini dikarenakan mereka secara langsung sudah di-training dan dididik oleh
Microsoft training center atau lembaga pendidikan yang ditunjuk oleh Microsoft.
 Lembaga pendidikan bersertifikasi ini pun sekarang cukup banyak. Seiring
semakin sadarnya para ahli TI untuk mengikuti perkembangan teknologi yang pesat.
 Memang, ada perbedaan yang mendasar mengenai pentingnya sertifikasi dan
ijasah. Ijazah adalah hasil pendidikan secara formal, dan sertifikasi adalah
hasil belajar non-formal (semacam kursus). “Idealnya, seseorang SDM TI memiliki
keduanya, ijazah dan sertifikasi,” papar Bambang Wahyudi, Dekan Faklutas Ilmu
Komputer, Universitas Gunadarma.
 LOWONGAN
 (note:sering baca lowongan biar tau pasaran skill yang banyak dicari orang,
trus biar siap kita diluar sana)
 www.jobstreet.com
 www.itjobs.org
 www.careerbuilder.com
 www.clickitjobs.com
 www.jobsdb.com
 www.dice.com
 www.hotjobs.com/htdocs/channels/tech
 www.how2findajob.com
 www.itcareersource.com
 www.itwow.com
 www.jobcircle.com
 jobs.internet.com
 www.jobs.net/locations/id/indonesia.html
 MODAL
 Jika Anda ingin mencoba peruntungan Anda di bidang TI pada peluang kerja di
luar negeri atau pun dalam negeri, tentu saja Anda mesti punya bekal. Apa saja
modal yang mesti Anda miliki? Ancar-ancarnya sebagai berikut:
 Berkemampuan bahasa internasional, minimal fasih bahasa Inggris(soalnya banyak
artikel yang ditulis pakek bahasa ini)
 Pengalaman kerja cukup
 Memiliki sertifikasi keahlian atau spesialisasi di bidang TI bertaraf
internasional(ini bener-bener akan memudahkan kita) Memiliki etika kerja yang
baik(ini yang penting saudara-saudara, klo gak punya siap-siap dikucilkan,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar