Kemacetan di Jakarta Akankah Abadi?
Jakarta
sudah identik dengan kemacetan. Siapa pun yang menjadi gubernur, nampaknya
problematika kemacetan akan terus jadi pekerjaan rumah yang tak kunjung
terselesaikan. Biang keladinya mudah dicari, yaitu jumlah kendaraan yang terus
meningkat tak diimbangi dengan penambahan ruas jalan raya.
Bayangkan,
jumlah kendaraan meningkat 8 persen per tahun, sedangkan penambahan ruas jalan
hanya 0,01 persen per tahun. Setiap hari terdaftar 1.284 kendaraan baru yang
terdiri dari 216 mobil dan 1.068 sepeda motor. Jadi, tak heran bila jalanan
penuh sesak dengan jutaan pengendara motor dan mobil setiap hari.
Buruknya
sistem transportasi massal juga menyebabkan sebagian orang beralih menggunakan
kendaraan pribadi ketimbang angkutan umum. Lihat saja, terdapat 7,25 juta atau
98,8 persen pengguna kendaraan pribadi, dan 89 ribu atau 1,2 persen pengguna
angkutan umum termasuk kereta rel listrik dan busway.
Pilihan
yang masuk akal, siapa yang mau jika harus antre berjam-jam menunggu bus TransJakarta.
Atau berdesak-desakan naik KRL dengan risiko kecopetan, pelecehan seksual, dan
ketidaknyamanan lain seperti panas suhu di dalam kereta. Belum lagi serbuan
pekerja komuter sebanyak 1,5 juta orang alias pekerja yang datang setiap
harinya dari sekitar Jakarta.
Jika
tak segera dikendalikan, diprediksi tahun 2014 Jakarta akan macet total. Pihak
Pemprov DKI Jakarta, khususnya Dinas Perhubungan DKI Jakarta, bukannya tak
punya solusi, namun semuanya belum terbukti bisa menghilangkan kemacetan.(ADO)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar