"TANTANGAN DAN
PERANAN PEMUDA INDONESIA DALAM PEMBANGUNAN"
"Berbicara soal tantangan dan "peran" "pemuda"
dalam mayarakat
sebenarnya mengundang diri memasuki wilayah permasalahan yang kompleks, rumit
dan tidak mudah dipecahkan."
Kata "pemuda" umumnya dipakai
sebagai konsep untuk memberi
generalisasi kepada
golongan masyarakat yang berada dalam kelompok umur tertentu, yang
membedakannya dari kelompok-kelompok umur lain seperti anak-anak atau golongan orang-tua.
Masalah dan tantangan "pemuda" yang sebenarnya tidak terpisah dari masalah
masyarakat pada umumnya, sebab pada hakekatnya "pemuda" adalah suatu bagian masyarakat
Indonesia. Karena itu masalah yang dihadapi oleh "pemuda" ditentukan
oleh faktor-faktor dan keadaan serta kondisi masyarakat pada umumnya.
Pada kenyataannya, ciri umum dari struktur
penduduk usia muda adalah pada kandungan permasalahan yang berkisar pada
masalah kesempatan pendidikan, kesempatan kerja, kesehatan maupun
pilihan-pilihan sulit karena perkembangan aspirasi non-phisik yang makin
meningkat.
Permasalahan di atas makin menjadi kompleks
pada saat pertumbuhan ekonomi menghadapi problem baru, baik oleh karena makin
rendahnya tingkat pertumbuhan karena berkurangnya kemampuan dana pembangunan,
tetapi juga kerena proses pemerataan kesejahteraan yang tidak secepat
sebagaimana yang diharapkan.
Seperti yang kita sadari,
"pemuda" Indonesia bukan merupakan suatu kelompok yang homogen,
melainkan berasal dari mayarakat Indonesia yang pluralistik sifatnya.
Pluralistik tersebut pada dasarnya terletak pada faktor-faktor sebagai berikut:
1.
Kedaerahan.
2.
Cara hidup di kota dan di pedesaan yang
berlainan.
3.
Perbedaan menurut kelas-kelas sosial.
4.
Agama yang berbeda-beda.
5.
Tingkat pendidikan dan keahlian yang
berbeda-beda.
Disini, maka dapat diinventarisasikan masalah-masalah
yang dihadapi generasi muda ("pemuda") adalah:
1.
Kekurang-pastian "pemuda" terhadap
hari depannya.
2.
Tidak seimbangnya/jumlah "pemuda"/usia
sekolah dengan fasilitas pendidikan dan pembinaan yang tersedia.
3.
Besarnya jumlah "pemuda" yang putus
sekolah.
4.
Terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia
bagi "pemuda" dan jumlah pengangguran yang cukup besar.
5.
Keberandalan dan kenakalan
remaja/"pemuda" cukup mengkhawatirkan.
6.
Penyalah-gunaan obat-obat narkotika dari
kalangan "pemuda".
Menyongsong era globalisasi di Indonesia,
tantangan utama yang harus dihadapi adalah peningkatan jumlah penduduk,
peningkatan pendidikan, arus informasi dan komunikasi dan juga perubahan
struktur ekonomi. Tantangan lain yang bakal dominan yang harus dihadapi
"pemuda" adalah revolusi teknologi di bidang genetic engineering,
bio-technology, eksplorasi angkasa luar, pengendalian tenaga nuklir, komputer
dan robot-robotnya dan lain-lain.
Sementara itu timbul pertanyaan yang sangat
mendasar, jika teknologi canggih ditempih bagaimana nasib teknologi padat karya
dan tradisional? Padahal lebih dari 60 % penduduk Indonesia masih tinggal di
pedesaan dan kemiskinan serta keterbelakangan masih menjadi masalah di
mana-mana.
Tantangan-tantangan hebat dan
masalah-masalah yang ada mengundang kita untuk memikirkan rumusan-rumusan atau
terobosan-terobosan baru untuk mengatasinya, antara lain dengan:
1.
Meningkatkan daya kreativitas "pemuda"
sesuai dengan tuntutan proses perkembangan masyarakatnya, dengan
terobosan-terobosan baru dalam cara berpikir dan mengevaluasi masalah-masalah
baru yang dihadapi bangsanya.
2.
Meningkatkan dan melibatkan "pemuda"
dalam pemecahan permasalahan kemanusiaan dan moralitas, dimana
"pemuda" akan mengembangkan hubungan atau unteraksi sosial yang lebih
toleran dan manusiawi.
3.
Mewujudkan pemikiran-pemikiran pada anggota
masyarakat yang masih hidup dalam suasana kemiskinan.
4.
Mengembangkan rasa solidaritas, dimana kelompok
"pemuda" hadir di suatu suasana kehidupan bersama yang solider dan
intim di dalam masyarakatnya.
5.
Pembangunan diri manusia (terutamagenerasi
mudanya/"pemuda") disamping dibekali dengan kecerdasan, moralita,
keterampilan dan sebagainya, juga ditanamkan rasa percaya pada diri sendiri.
"Pemuda" yang percaya pada diri sendiri, tidak akan takut terhadap
godaan/pengaruh dari manapun datangnya, dan mereka mampu menyaring apa yang ada
di sekitarnya, baik yang datang dari masyarakatnya sendiri maupun dari dunia
luar dan meramu ke dalam suatu kreasi atau ciptaan baru yang orisinil.
"Pemuda" haruslah dilihat sebagai
bagian dari kehidupan dalam suatu masyarakat yang mempunyai "peranan"
dan kewajiban sendiri. Pada masa sekarang ini, "pemuda" diharapkan
dapat lebih aktif mengambil
"peranan" dalam pembangunan baik pembangunan ekonomi, sosial
maupun dalam usaha-usaha perdamaian.
Dalam bidang ekonomi misalnya,
"pemuda" harus lebih ber"peran" aktif dalam sistem
distribusi pada perekonomian nasional, dimana "pemuda" dari segala
lapisan masyarakat, dari yang tinggal di desa maupun di kota-kota besar, baik
yang berpendidikan tinggi maupun yang putus sekolah atau pengangguran dapat
terlibat dan berperan semua pada setiap tingkat sistem penyaluran baik dari
agen tunggal - sub agen - grosir maupun sampai dengan pada pengecer. Diharapkan
dengan dinamika dan inisiatif dari tenaga-tenaga ekonomi muda Indonesia
dampaknya terdapat kemakmuran yang merata dan perangkat ekonomi berada di dalam
tangan-tangan terampil "pemuda" Indonesia sendiri. Kemampuan
berswasembada dan mandiri harus dimiliki dan diwujudkan oleh generasi
muda/"pemuda".
"Peranan" lain adalah dalam aspek
sosial yang mendukung peran aspek ekonomi, misalnya berupa pengembangan sistem
informasi dan komunikasi maupun produksinya. Misalnya dengan melibatkan ORARI,
dapat memberikan bantuan informasi dan komunikasi mengenai situasi pasar, sarana
produksi dan seterusnya.
"Peranan" berikutnya, adalah
"peran" aktif "pemuda" dalam usaha-usaha perdamaian dunia
dapat dimulai dari kerja sama bahu membahu para kelompok "pemuda"
dari berbagai negara di dalam rangka menempa diri menjadi warga negara yang bertanggung-jawab.
Dengan rasa solidaritas yang tinggi diantara "pemuda" yang bersifat
Internasional dapat saling memotivasi untuk berjuang bagi terwujudnya keadilan
sosial dan perdamaian abadi dunia.
Pemerintah Indonesia memang telah
menyatakan, bahwa tahun 1986-1996 adalah sebagai "Dasawarsa
Ke"pemuda"an. Pernyataan ini menandakan keprihatinan yang tinggi
terhadap masalah generasi muda/"pemuda" di Indonesia. Sampai pada
akhir tahun Dasawarsa Ke"pemuda"an ini telah dibuktikan dengan
langkah-langkah nyata, baik oleh pemerintah maupun masyarakat.
Yang perlu mendapat perhatian dari generasi
muda/"pemuda" sekarang ini adalah mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, seperti yang diamanatkan oleh Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945.
Dari sisi ini kita memandang pentingnya
suatu perencanaan pembangunan ke depan yang meletakkan masalah generasi
muda/"pemuda" lebih baik lagi. Dalam posisi semacam itu, setiap pihak
akan makin terundang untuk ikut memperhatikan sisi generasi muda/"pemuda"
dalam setiap langkah yang akan dilakukan. Dan dengan cara itu pula, maka
sebenarnya semua pihak sedang dilibatkan pada proses penyiapan "generasi -
masa depan - bangsa" yang lebih baik, yang tidak dibebani oleh kompleks
traumatik sebagai akibat ketidak-mampuan menghadapi realitas hidup yang semakin
berat.
Sumber : http://laely-widjajati.blogspot.com/2011/04/tantangan-dan-peranan-pemuda-indobesia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar