Berikanlah contoh dalam kalimat beberapa perhubungan
makna seperti sinonim, hoponimi, homonimi, polisemi, dan antonimi !
Jawaban
1.Sinonim adalah dua buah kata yang memiliki
kemiripan makna.
Contoh : Binatang = Fauna
- Binatang
langka seperti komodo, burung cendrawasih, dll dilindungi oleh pemerintah.
- Di
Indonesia terdapat berbagai jenis macam fauna yang unik.
2.Hiponim
adalah ialah semacam relasi antarkata yang berwujud atas bawah, atau dalam
suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain, bisa dikatakan juga sebagai
hubungan makna.
Contoh : Kata
buah meliputi mangga, jambu, pepaya, dll.
- Tukang
rujak itu sedang memotong buah, diantaranya mangga, jambu, kedondong, dll.
3.Homonimi
adalah adalah kata-kata yang sama bunyi dan bentuknya tetapi mengandung makna
dan pengertian yang berbeda.
Faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya homonim adalah:
a.kata-kata
yang berhomonim itu berasal dari bahasa atau dialek yang berlainan.
b.kata-kata
yang berhomonim itu terjadi sebagaimana hasil proses morfologis
Contoh : kata tidur
- Adikku
terbangun dari tidurnya ketika mobil ayah melewati polisi tidur.
4.Polisemi
adalah relasi makna suatu kata yang memiliki makna lebih dari satu atau kata
yang memiliki makna berbeda-beda tetapi masih dalam satu arti, dapat dikatakan
pula Polisemi adalah satu kata yang memiliki banyak arti.
Contoh : kata
“apel”
- Seluruh
siswa mengikuti apel pagi di sekolah masing-masing. (apel disini maksdunya upacara).
- Ibu
membeli apel di singapura. (apel disini maksudnya buah).
5.Antonimi
adalah nama lain untuk benda lain pula atau kebalikannya dapat dikatakan juga
sebagaiperlawanan kata.
Contoh :
senang dan sedih
- Para suporter Manchaster
United senang karena timnya menjadi juara liga champions, sedangkan suporter
Liverpool sedih karena timnya gagal menjadi juara.
Dalam rangka meningkatkan kompetensi
mutu lulusan dan daya saing para lulusan dalam kancah persaingan percarian
lapangan kerja, dengan ini mengharapkan kehadiran seluruh staf pengajar
Universitas Gunadarma dalam pertemuan yang diadakan pada:
hari:Kamis
tanggal:28
April 2011
waktu: 09.00 WIB
tempat:Ruang
Auditorium Universitas Gunadarma
Gedung IV Lantai 6 - Depok
acara: Seminar Nasional
dengan tema “Uni
kolaburasi antara Perguruan Tinggi dan Industri dalam meningkatkan daya saing
lulusan”.
Mengingat pentingnya acara di atas,
diharapkan kehadiran Saudara tepat pada waktunya.
Atas perhatian dan kehadirannya,
saya ucapkan terima kasih.
Dewasa ini kebutuhan informasi masyarakat Indonesia mulai
berkembang.Tidak hanya pada kebutuhan semu dan sesaat namun telah menjadi
kebutuhan yang kontinyu dan rutin.Berbagai kebutuhan informasi baik mulai dari
dunia hiburan, ekonomi-bisnis, politik, keilmuan, sampai hal yang sepele pun menjadi
konsumsi khalayak.Informasi kini telah dinilai oleh masyarakat kita sebagai
suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu hingga untuk kepentingan
profesional, informasi kini mulai ditanggapi positif oleh masyarakat.Posisi
informasi sebagai kebutuhan esensial dijadikan masyarakat kita untuk mencapai
tujuan melalui manfaat yang diperolehnya.
Dengan ketersediaan informasi, manusia dapat memperluas
cakrawala pengetahuannya, memahami kedudukan serta peranan dalam masyarakat dan
mengetahui apa saja peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat
tidak terlepas dari peranan suatu media massa dalam hubungannya dengan
penyajian dan intepretasi fakta peristiwa. Melalui media massa masyarakat
mendapatkan suatu bentuk penyajian informasi berupa berita.
Berita bukanlah suatu informasi yang selalu terkait dengan segala peristiwa
sebab tidak semua peristiwa menjadi buah bibir yang diberitakan. Berita sendiri
lebih menitikberatkan konstruksi suatu realitas yang proses intepretasinya
menggunakan ragam bahasa yang telah terukur. Sehingga bahasa dapat dikatakan
memegang peranan penting dalam membentuk opini publik.
Namun sayangnya terdapat permasalahan berkaitan dengan
berita yang dilansir oleh media massa. Tak jarang pemberitaan masih kurang
objektif dari realitas sebenarnya selain itu keterbatasan pengupasan data dan
fakta yang disajikan dalam suatu berita menjadikannya friksi.Dalam artian fakta
telah terkontaminasi oleh opini dan subyektivitas penulis berita atau bahkan
fakta dimanipulasi oleh sebgaian pihak demi kehendak tertentu.
Hal ini kemudian mengakibatkan
gelombang opini publik yang kuat terhadap suatu persoalan yang diberitakan.
Entah itu penilaian positif sebagai hegemoni citra positif yang diposting media
massa atau membentuk opini negatif publik akan suatu perkara. Citra positif
yang tidak sesuai dengan realita mengakibatkan kebohongan publik sedangkan
opini negatif yang terus menerus dilansir akan menyebabkan tersugestinya rasa
dendam dan kebencian sehingga aroma permusuhan publik mengental akan suatu
persoalan. Dengan demikian kunci permasalahan adalah penyajian berita yang
mampu memberikan deskripsi permasalahan seobjektif mungkin sehingga tendensi
opini publik ke arah yang negatif dapat terkontrol.
Dalam tulisan ini nantinya akan
dijelaskan lebih jauh mengenai peran media massa dalam perkembangan informasi
beserta permasalahan yang timbul. Definisi berita, definisi media massa dan
jenis-jenisnya, konsep media massa yang ideal dampak dari kehadiran media massa
hingga pada solusi dan action plan yang diterapkan dalam menghadapi
permasalahan sosial tersebut.
Sebelum membahas lebih jauh tentang
peranan media massa melalui berita dalam membentuk karakter publik, ada baiknya
kita mengenal etimologi dari media massa dan berita sebagai bagian yang terkait
didalamnya.
Definisi
berita menurut sebagian para pakar komunikasi antara lain dijabarkan sebagai
berikut:
1.Dean M. Lyle Spencer : Berita adalah
suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian besar
dari pembaca.
2.Willard C. Bleyer : Berita adalah
sesuatu yang termasa ( baru ) yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam
surat kabar. Karena itu ia dapat menarik atau mempunyai makana bagi pembaca
surat kabar, atau karena dapat menarik pembaca - pembaca tersebut.
3.William S Maulsby : Berita adalah suatu
penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta yang mempunyai arti penting
dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang memuat
berita tersebut.
4.J.B. Wahyudi : Berita adalah laporan
tentang peristiwa atau pendapat yang memilki nilai penting, menarik bagi
sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan melalui media massa periodik.
5.Djafar H Assegaf : Berita adalah
laporan tentang fakta atau ide yang termasa ( baru ), yang dipilih oleh staff
redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca.
Entah karena luar biasa, entah karena pentingnya, atau akibatnya, entah pula
karena ia mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan.
Dari
beberapa definisi berita menurut pakar jurnalistik diatas dapat diperoleh suatu
sintesa intisari dari pengertian berita. Unsur-unsur inti berita meliputi
laporan, kejadian/peristiwa/pendapat yang menarik dan penting, serta disajikan
secepat mungkin (aktual) melalui media massa periodik.
Sedangkan sintesa pengertian dari media
massa adalah suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak
yang tersebar, heterogen, dan anonim melewati media cetak atau elektronik,
sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
Pengertian ’’dapat’’ di sini menekankan pada pengertian, bahwa jumlah
sebenarnya penerima pesan informasi melalui media massa pada saat tertentu
tidaklah esensial. Yang penting ialah pesan itu dapat sampai pada sejumlah
besar orang yang secara tempat tersebar atau "The communicator is a social
organization capable or reproducing the message and sending it simultaneously
to large number of people who are spartially separated"(Tan, 1981 : 73).
Adapun bentuk media massa, secara garis
besar, ada dua jenis, yaitu : media cetak (surat kabar dan majalah, termasuk
buku-buku) dan media elektronik (televisi dan radio, termasuk internet).
Dari dua pengertian diatas, semakin
jelas peran media dalam kehidupan sosial suatu kelompok.Media bersifat
menghubungkan masyarakat dengan persoalan. Pandangan media akan realitas
persoalan akan menentukan isi simbolik realitas. Selain itu terdapat enam
perspektif dalam melihat peran media dalam kehidupan sosial.
Pertama, melihat media massa sebagai
window on event and experience. Media dipandang sebagai jendela yang
memungkinkan khalayak melihat apa yang sedang terjadi di luar sana. Atau media
merupakan sarana belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa.
Kedua, media juga sering dianggap
sebagai a mirror of event in society and the world, implying a faithful
reflection. Cermin berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia, yang
merefleksikan apa adanya. Karenanya para pengelola media sering merasa tidak
“bersalah” jika isi media penuh dengan kekerasan, konflik, pornografi dan
berbagai keburukan lain, karena memang menurut mereka faktanya demikian, media
hanya sebagai refleksi fakta, terlepas dari suka atau tidak suka. Padahal
sesungguhnya, angle, arah dan framing dari isi yang dianggap sebagai cermin
realitas tersebut diputuskan oleh para profesional media, dan khalayak tidak
sepenuhnya bebas untuk mengetahui apa yang mereka inginkan.
Ketiga, memandang media massa sebagai
filter, atau gatekeeper yang menyeleksi berbagai hal untuk diberi perhatian
atau tidak. Media senantiasa memilih issue, informasi atau bentuk content yang
lain berdasar standar para pengelolanya. Di sini khalayak “dipilihkan” oleh
media tentang apa-apa yang layak diketahui dan mendapat perhatian .
Keempat, media massa acapkali pula
dipandang sebagai penunjuk jalan atau interpreter, yang menerjemahkan dan
menunjukkan arah atas berbagai ketidakpastian, atau alternative yang beragam
Kelima, melihat media massa sebagai
forum untuk mempresentasikan berbagai informasi dan ide-ide kepada khalayak,
sehingga memungkin terjadinya tanggapan dan umpan balik.
Keenam, media massa sebagai
interlocutor, yang tidak hanya sekadar tempat berlalu lalangnya informasi,
tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi
interaktif (press relation).
Peran media dalam masyarakat diatas
nantinya akan membawa dampak dan perubahan yang signifikan bagi kehidupan
sosial. Berbagai produk media yang disuguhkan pada pemirsanya memberikan
sugesti dan pengaruh yang menyebabkan perubahan sosial.Menurut Karl Erik
Rosengren pengaruh dan dampak media dapat dilihat dari skala kecil (individu)
dan luas (masyarakat) serta cepat atau lambatnya pengaruh itu menyebar.
Artinya dampak media massa dapat meluas
kepada siapapun secara holistik. Dan secara simultan dampak media massa membawa
masayarakat menuju suatu perubahan. Tinggal bagaimanakah wujud perubahan itu,
apakah positif atau negatif.
Peran media massa dinilai berperan
positif bagi masyarakat apabila media dapat menyebarkan dan menanamka
nilai-nilai moral sebagai contoh mencintai sesama manusia, menjunjung tinggi
moral, menghormati hak-hak orang lain, menyebarkan tradisi saling memaafkan dan
mangasihi. Oleh karena itu penyuguhan berita dan siaran di media massa walaupun
menghibur harus tetap mendidik untuk membangun perilaku masyarakat yang
sehat.
Media massa juga bisa berperan sebagai
sumber rujukan di bidang pendidikan dan penyebaran informasi yang cepat. Dalam
hal ini, media dapat meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat.Sekarang ini,
media memiliki andil yang penting dalam mengajak masyarakat untuk memerangi
kekerasan, dan tindak kriminalitas.
Media sebagai kekuatan strategis dalam
menyebarkan informasi merupakan salah satu otoritas sosial yang berpengaruh
dalam membentuk sikap dan norma sosial suatu masyarakat. Media massa bisa
menyuguhkan teladan budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.
Namun terdapat dampak negatif dari
penyuguhan berita maupun tayangan oleh media massa. Produk media massa akan
membentuk opini dan perspektif publik yang negatif. Sebagai contoh tayangan
iklan yang menampilkan produk rokok atau minuman keras yang terbukti
berdasarkan riset terbaru mengungkap bahwa iklan semacam itu terbukti
mensugesti anak-anak dan remaja untuk mencoba mengkonsumsinya.Sedangkan berita
yang masih mencampurkan antara objek faktual dengan opini penulis dimungkinkan
dapat menyebarluaskan rasa permusuhan dan berbagai tindakan anarkis.
Dampak negatif lain adalah berubahnya
gaya hidup. Pada negara berkembang penyajian berita maupun tontonan asing
membuat kebudayaan dan nilai-nilai lokal tergilas oleh modernisasi ala barat
yang bersebrangan dengang paradigma budaya indonesia yang lebih bertendensi
ketimuran.
Dalam taraf personal, media massa
terbukti mengubah gaya hidup dan kecenderungan beraktifitas pemirsanya. Contoh
dalam hal ini adalah tayangan atau siaran yang tersaji dalam program media
elektornik seperti televisi, radio atau internet. Sejumlah peneliti
mengungkapkan terlalu lama menyimak tayangan atau siaran yang disajikan media
akan membuat gaya hidup semakin pasif dan malas bergerak. Kurangnya aktivitas
fisik akan mempengaruhi kualitas kesehatan tiap-tiap individu.
Untuk menghadapi dampak-dampak negatif
diatas diperlukan suatu solusi sekaligus suatu rancangan action plan yang
bersifat preventif maupun penindakan. Mengingat posisi negeri pada masa
globalisasi, tidak mungkin kita untuk mengelak dari perkembangan dan kemajuan
teknologi berikut media massa. Media massa sebagai penggerak opini publik menjadikannya
sebagai alat pengonstruksi masyarakat. Contoh konkret penanggulangan opini
publik yang negatif telah dijelaskan dalam sosiologi komunikasi yang mengenal
opinion leader atau pemuka pendapat. Media massa diharapkan lebih sering
menayangkan pendapat dan argumentasi pemuka masyarakat seperti tokoh agama,
tokoh kebudayaan, para pakar hingga para pemerhati masalah sosial. Sehingga
diharapkan opini publik selalu terjaga dalam rel objektivitas positif.
Selain itu yang lebih penting adalah
adanya peraturan pemerintah mengenai undang-undang pers, undang-undang
perfilman dan undang-undang penyiaran. Dari regulasi yang ditetapkan itu
nantinya diatur mekanisme akan pemberian sanksi tegas terhadap siapapun yang
melanggarnya.
Hal lain yang menyokong dua action plan
diatas adalah adanya upaya partisipasi masyarakat untuk bersama-sama mencegah
dampak buruk dari globalisasi media. Dengan demikian terciptalah kebebasan pers
yang dinamis dalam perkembangan informasi dan positif bagi pembentukan karakter
masyarakat bangsa serta aktif dalam menjalankan peran pembangunan bangsa.
IMPLEMENTASI
TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK KEUNGGULAN KOMPETITIF DALAM OPERASIONAL PERUSAHAAN
PADA ERA GLOBALISASI
Tidak dapat
disangkal bahwa salah satu penyebab utama terjadinya era globalisasi yang
datangnya lebih cepat dari dugaan semua pihak adalah karena perkembangan pesat
teknologi informasi. Implementasi internet, electronic commerce, electronic
data interchange, virtual office, telemedicine, intranet, dan lain sebagainya
telah menerobos batas-batas fisik antar negara. Penggabungan antara teknologi
komputer dengan telekomunikasi telah menghasilkan suatu revolusi di bidang
sistem informasi. Data atau informasi yang pada jaman dahulu harus memakan
waktu berhari-hari untuk diolah sebelum dikirimkan ke sisi lain di dunia, saat
ini dapat dilakukan dalam hitungan detik.
Tidak berlebihan
jika salah satu pakar IBM menganalogikannya dengan perkembangan otomotif
sebagai berikut: “seandainya dunia otomotif mengalami kemajuan sepesat
teknologi informasi, saat ini telah dapat diproduksi sebuah mobil berbahan bakar
solar, yang dapat dipacu hingga kecepatan maximum 10,000 km/jam, dengan harga
beli hanya sekitar 1 dolar Amerika !”. Secara mikro, ada hal cukup menarik
untuk dipelajari, yaitu bagaimana evolusi perkembangan teknologi informasi yang
ada secara signifikan mempengaruhi persaingan antara perusahaan-perusahaan di
dunia, khususnya yang bergerak di bidang jasa.Secara garis besar, ada empat
periode atau era perkembangan sistem informasi, yang dimulai dari pertama kali
diketemukannya komputer hingga saat ini.Keempat era tersebut (Cash et.al.,
1992) terjadi tidak hanya karena dipicu oleh perkembangan teknologi komputer
yang sedemikian pesat, namun didukung pula oleh teori-teori baru mengenai
manajemen perusahaan modern.Ahli-ahli manajemen dan organisasi seperti Peter
Drucker, Michael Hammer, Porter, sangat mewarnai pandangan manajemen terhadap
teknologi informasi di era modern.Oleh karena itu dapat dimengerti, bahwa masih
banyak perusahaan terutama di negara berkembang (dunia ketiga), yang masih
sulit mengadaptasikan teori-teori baru mengenai manajemen, organisasi, maupun
teknologi informasi karena masih melekatnya faktor-faktor budaya lokal atau
setempat yang mempengaruhi behavior sumber daya manusianya.Sehingga tidaklah
heran jika masih sering ditemui perusahaan dengan peralatan komputer yang
tercanggih, namun masih dipergunakan sebagai alat-alat administratif yang
notabene merupakan era penggunaan komputer pertama di dunia pada awal tahun
1960-an.
Belum banyak buku
yang secara eksplisit memasukkan era terakhir ini ke dalam sejarah evolusi
teknologi informasi.Fenomena yang terlihat adalah bahwa sejak pertengahan tahun
1980-an, perkembangan dibidang teknologi informasi (komputer dan
telekomunikasi) sedemikian pesatnya, sehingga kalau digambarkan secara grafis,
kemajuan yang terjadi terlihat secara eksponensial. Ketika sebuah seminar
internasional mengenai internet diselenggarakan di San Fransisco pada tahun
1996, para praktisi teknologi informasi yang dahulu bekerja sama dalam
penelitian untuk memperkenalkan internet ke dunia industri pun secara jujur
mengaku bahwa mereka tidak pernah menduga perkembangan internet akan menjadi
seperti ini. Ibaratnya mereka melihat bahwa yang ditanam adalah benih pohon
ajaib, yang tiba-tiba membelah diri menjadi pohon raksasa yang tinggi
menjulang. Sulit untuk ditemukan teori yang dapat menjelaskan semua fenomena
yang terjadi sejak awal tahun 1990-an ini, namun fakta yang terjadi dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Tidak ada yang
dapat menahan lajunya perkembangan teknologi informasi.Keberadaannya telah
menghilangkan garis-garis batas antar negara dalam hal flow of information.
Tidak ada negara yang mampu untuk mencegah mengalirnya informasi dari atau ke
luar negara lain, karena batasan antara negara tidak dikenal dalam virtual
world of computer. Penerapan teknologi seperti LAN, WAN, GlobalNet, Intranet,
Internet, Ekstranet, semakin hari semakin merata dan membudaya di
masyarakat.Terbukti sangat sulit untuk menentukan perangkat hukum yang sesuai
dan terbukti efektif untuk menangkal segala hal yang berhubungan dengan
penciptaan dan aliran informasi.Perusahaan-perusahaan pun sudah tidak terikat
pada batasan fisik lagi.Melalui virtual world of computer, seseorang dapat
mencari pelanggan di seluruh lapisan masyarakat dunia yang terhubung dengan jaringan
internet.Sulit untuk dihitung besarnya uang atau investasi yang mengalir bebas
melalui jaringan internet.Transaksi-transaksi perdagangan dapat dengan mudah
dilakukan di cyberspace melalui electronic transaction dengan mempergunakan
electronic money.
Tidak jarang perusahaan yang akhirnya harus mendefinisikan kembali visi dan
misi bisnisnya, terutama yang bergelut di bidang pemberian jasa.
Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan perangkat canggih teknologi informasi telah
merubah mindset manajemen perusahaan sehingga tidak jarang terjadi perusahaan
yang banting stir menggeluti bidang lain. Bagi negara dunia ketiga atau yang
sedang berkembang, dilema mengenai pemanfaatan teknologi informasi amat terasa.
Di suatu sisi banyak perusahaan yang belum siap karena struktur budaya atau
SDM-nya, sementara di pihak lain investasi besar harus dikeluarkan untuk
membeli perangkat teknologi informasi. Tidak memiliki teknologi informasi,
berarti tidak dapat bersaing dengan perusahaan multi nasional lainnya, alias harus
gulung tikar.
Hal terakhir yang
paling memusingkan kepala manajemen adalah kenyataan bahwa lingkungan bisnis
yang ada pada saat ini sedemikian seringnya berubah dan dinamis. Perubahan yang
terjadi tidak hanya sebagai dampak kompetisi yang sedemikian ketat, namun
karena adanya faktor-faktor external lain seperti politik (demokrasi), ekonomi
(krisis), sosial budaya (reformasi), yang secara tidak langsung menghasilkan
kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan baru yang harus ditaati perusahaan.
Secara operasional, tentu saja fenomena ini sangat menyulitkan para praktisi
teknologi informasi dalam menyusun sistemnya. Tidak jarang di tengah-tengah
konstruksi sistem informasi, terjadi perubahan kebutuhan sehingga harus
diadakan analisa ulang terhadap sistem yang akan dibangun. Dengan mencermati
keadaan ini, jelas terlihat kebutuhan baru akan teknologi informasi yang cocok
untuk perusahaan, yaitu teknologi yang mampu adaptif terhadap perubahan. Para
praktisi negara maju menjawab tantangan ini dengan menghasilkan produk-produk
aplikasi yang berbasis objek, seperti OOP (Object Oriented Programming), OODBMS
(Object Oriented Database Management System), Object Technology, Distributed
Object, dan lain sebagainya.
Keunggulan Kompetitif Dalam Konsep E-Business
Dalam mengimplementasikan
konsep e-business, terlihat jelas bahwa meraih keunggulan kompetitif
(competitive advantage) jauh lebih mudah dibandingkan mempertahankannya. Secara
teoritis hal tersebut dapat dijelaskan karena adanya karakteristik sebagai
berikut:
·Pada level operasional, yang terjadi dalam e-business
adalah restrukturisasi dan redistribusi dari bit-bit digital (digital
management), sehingga mudah sekali bagi perusahaan untuk meniru model bisnis
dari perusahaan lain yang telah sukses;
·Berbeda dengan bisnis konvensional dimana biasanya sebuah
kantor beroperasi 8 jam sehari, di dalam e-business (internet), perusahaan
harus mampu melayani pelanggan selama 7 hari seminggu dan 24 jam sehari, karena
jika tidak maka dengan mudah kompetitor akan mudah menyaingi perusahaan
terkait;
·Berjuta-juta individu (pelanggan) dapat berinteraksi
dengan berjuta-juta perusahaan yang terkoneksi di internet, sehingga sangat
mudah bagi mereka untuk pindah-pindah perusahaan dengan biaya yang sangat murah
(rendahnya switching cost);
·Fenomena jejaring (internetworking) memaksa perusahaan
untuk bekerja sama dengan berbagai mitra bisnis untuk dapat menawarkan produk
atau jasa secara kompetitif, sehingga kontrol kualitas, harga, dan kecepatan
penciptaan sebuah produk atau jasa kerap sangat ditentukan oleh faktor-faktor
luar yang tidak berada di dalam kontrol perusahaan; dan
·Mekanisme perdagangan terbuka dan pasar bebas (serta
teori perfect competition) secara tidak langsung telah terjadi di dunia
internet, sehingga seluruh dampak atau dalil-dalil sehubungan dengan kondisi
market semacam itu berlaku terjadi di dunia maya.
Melihat kenyataan di atas, perusahaan harus
memiliki kriteria-kriteria (critical success factors) dan ukuran-ukuran
(performance indicators) yang dapat dijadikan sebagai barometer sukses tidaknya
perusahaan dalam memiliki dan mempertahankan keunggulun kompetitif tertentu.
Beberapa teori keunggulan kompetitif di dunia maya menganjurkan agar paling
tidak 7 (tujuh) aspek harus menjadi perhatian dari sebuah perusahaan, yaitu
masing-masing:
1.Customer Service
2.Price
3.Quality
4.Fulfillment Time
5.Agility
6.Time to Market
7.Market Reach
Strategic Uses of Information Technology
Sebelum Teknologi Informasi diterapkan pihak
pengambil keputusan harus yakin dan dapat meyakinkan semua pihak terutama para
pustakawan bahwa Teknologi Informasi ini akan membawa PNRI lebih baik dan
menguntungkan semua stakeholder-nya. Untuk mendapatkan keyakinan tersebut maka
harus disusun strategi jitu untuk pengimplementasian Teknologi Informasi yang
diharapkan bisa menjamin manfaat TI yang diperoleh akan sebanding dengan
investasi yang ditanam, dan mengatasi permasalahan pertumbuhan teknologi yang
sangat cepat. Di atas itu semua strategi Teknologi Informasi ini tentunya harus
sejalan dengan strategi organisasi PNRI.Beberapa alasan kenapa perencanaan
strategis harus dibuat, yang pertama adalah karena sumber daya yang dimiliki
organisasi sangat terbatas, sehingga harus digunakan seoptimal mungkin. Kedua,
untuk meningkatkan daya saing atau kinerja organisasi, karena para kompetitor
memiliki sumber daya teknologi yang sama dan pembedanya nanti adalah siapa yang
memiliki eksekusi terbaik. Alasan ketiga adalah untuk memastikan bahwa aset TI
dapat dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung meningkatkan
profitabilitas organisasi, baik berupa peningkatan pendapatan (revenue) maupun
pengurangan biaya-biaya (costs). Keempat adalah untuk mencegah terjadinya kelebihan
investasi (over investment) atau kekurangan investasi (under investment) di
bidang TI.Dan alasan terakhir adalah untuk menjamin bahwa TI yang direncanakan
dan dikembangkan benar-benar menjawab kebutuhan bisnis organisasi.Tidak semua
produk TI tergolong baik, dari sekian banyak produk yang ditawarkan, lebih
banyak yang gagal daripada yang berhasil. Sebab itu pada tahap persiapan dan
perencanaan, akan dianalisa dan diusulkan beberapa skenario atau pilihan
(options), dimana setiap skenario memiliki variabelnya masing-masing seperti
biaya (costs), manfaat (benefits), resiko (risks), dampak (impacts), tingkat
kesulitan (complexity), hambatan (constraints), dan hal-hal terkait lainnya.
Para pengambil keputusan juga harus mempelajari arah dan perkembangan TI secara
global agar tidak terjadi kesalahan dalam pemilihan teknologi yang diterapkan
dan dikembangkan di organisasi.Maka harus dilakukan pemilahan terhadap
teknologi mana saja yang masih dalam tahap percobaan atau perkenalan
(infancy/emerging), perkembangan (growth), stabil (mature), dan mulai
ditinggalkan (facing out).Tentunya dalam pembuatan sistem jangka panjang dan
perencanaan harus diperhatikan agar jangan sampai menggunakan metode atau
teknologi yang sudah mengarah ke teknologi basi (facing out). Salah satu metode
yang bagus adalah dengan melakukan penelitian terhadap penerapan Teknologi
Informasi di perpustakaan-perpustakaan nasional di negara-negara lain, sehingga
menjadi acuan bagi PNRI. Namun harus diingat bahwa suatu sistem yang berhasil
di tempat lain belum tentu sesuai dan berhasil di tempat kita, karena tentunya
ada beberapa kondisi dan karakteristik yang berbeda sehingga membutuhkan
penanganan yang berbeda pula. Salah satu dari unsur Teknologi Informasi
tersebut adalah brainware, yang merupakan unsur paling kritikal melebihi unsur
lainnya (software dan hardware).Jika diibaratkan hardware dan software adalah
senjatanya, maka penentu utamanya tetap adalah man behind the gun yaitu dalam
hal ini brainware. Manusia (brainware) yang akan mengimplementasikan sistem
informasi yang dibangun, mengembangkan TI sejalan dengan perkembangan
organisasi di masa mendatang, serta penentu srategi kebijakan TI itu sendiri.
Oleh karena itu untuk tahap awal perlunya kita mengarahkan perhatian pada
pembenahan faktor brainware dalam memulai penerapan TI di PNRI, sambil secara
paralel melakukan persiapan dan perancangan sistem yang matang.Kemudian sektor
SDM pun harus didukung, dan digabungkan dengan Teknologi informasi.
Membangun Customer
Focused Bisnis
Customer Focused Bisnis sangat diperlukan
dalam membangun organisasi bisnis baru, sehingga para customer akan focus pada
satu titik. Pertama pemasaran dan penjualan.Seringkali usaha baru bangkrut
karena divisi pemasaran dan penjualannya loyo.Banyak yang merasa mampu membuat
solusi multimedia dan informatika membuat usaha baru namun setahun kemudian
tutup karena tidak dapat proyek.Tugas divisi ini adalah melakukan riset pasar,
promosi, mencari prospek klien, melakukan presentasi sampai dapat menghasilkan
proyek untuk perusahaan.Kedua produksi. Saya rasa Anda sudah paham proses
produksi di bidang ini sehingga dapat membuat struktur organisasi yang tepat.
Meski demikian, saya menyarankan agar setiap proyek dikelola oleh Manajer
Proyek yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan proyek. Manajer Proyek ini
sifatnya temporer: ada ketika ada pekerjaan, sehingga tidak perlu ada di
struktur organisasi. Namun dalam pekerjaannya Manajer Proyek membawahi seluruh
tim produksi seperti desainer dan programmer sekaligus menjadi penghubung ke
klien. Ketiga Administrasi dan Keuangan.Divisi ini bertanggung jawab terhadap
masalah legal, administrasi, pembuatan invoice, penagihan, pembayaran dan tetek
bengek keuangan termasuk mengatur cash flow dan membayar gaji karyawan.
Ketiga divisi itu cukup dipegang oleh masing-masing satu orang.Direksi saya
kira cukup satu saja.Demikian pula komisaris.
Perusahaan baru sebaiknya cukup
mengkonsentrasikan pada tiga fungsi dasar tersebut.Bersamaan dengan pertumbuhan
perusahaan, jika dirasa perlu melakulan reorganisasi, lakukan saja. Ingat:
sa;ah satu daya hidup perusahaan kecil ada pada fleksibilitas organisasinya.
Oleh karena itu, manfaatkan daya hidup ini sebaik mungkin.
Value Chain & Strategic Informastion
System
Pada poin ini, semuanya tidak beda jauh
dengan Strategic Uses of Information Technology. Hanya bagian informasinya
lebih di tekan agar pemasarannya jadi lebih baik.
Re-engineering Bussiness Process
Perlu dilakukan penyegaran dalam bisnis agar
semuanya tidak monoton dan terkesan asal-asalan, mulai dari sistem organisasi
sampai ke aspek produksi harus sering diperbaiki agar lebih baik mutunya.
Menciptakan Virtual Company
Yaitu menciptakan produk atau softwere
sendiri untuk mendukung suatu perusahaan.
Membangun Knowledge Creating Company
Membangun Knowledge Creating Company
dibutuhkan poin-poin penting yaitu :
1.Important knowledge in Company :
·Cara menghadapi persaingan global.
·Cara menjaga kepuasan pelanggan.
·Cara mengantisipasi dinamika persaingannya secara tepat
melalui pengembangan virtual Lego Factory.
·Cara menghadapi arena persaiangan dengan film-film yang
sedang beredar dengan kualitas box-office, misalnya Star Wars dan Harry Potter.
·Melaksanakan program restrukturisasi yang terdiri dari
downsizing dan downscoping.
2.Cross cultural interfaces & Knowledge domain :
·Lego Group mengirimkan produknya kepada retail-retail
kecil yang terdapat di dalam database Lego Group sejak tahun 1950.
·Penjualan saham Legoland (Taman Bermain Lego) kepada
Blackstone senilai US$450 juta dan penglepasan aset non-produktif di AS, Korea
Selatan, dan Australia merupakan bentuk divestasi Lego dalam kaitannya dengan
program turn around. Divestasi ini menghasilkan efektivitas dan efisiensi
perusahaan yang secara langsung meningkatkan kinerja Lego.